Selamat datang di rumah Diera. Selamat mencicipi postingan-postingan yang ada. Jangan bosen berkunjung yaa :)

21 April 2012

Lomba FF Inspirasi-Ku_A Story Behind Drizzle


Aku membenci gerimis. Entah kenapa. Gerimis selalu memberi aura buruk di hidupku. Termasuk saat kelahiranku. Aku lahir disaat gerimis turun. Nyawa mama hampir melayang saat itu. Namun yang aku tak habis pikir mama malah memberiku nama Drizzy.
Saat ini aku duduk di bangku taman. Masih bersamamu, di sampingmu. Namun hari ini kulihat wajahmu layu seolah tak ada gairah. Cuaca cukup cerah. Sesungguhnya aku berulang kali menyapamu. Tapi kau tak menoleh sedikitpun. Mungkin kau sedang tak mau diganggu. Akhirnya aku letih dan memilih diam.
Di tengah kediamanku, flashback kejadian yang terjadi antara aku dan kamu membentuk sileut yang tergambar jelas di area pikiranku.
Setelah menerima pesan singkatmu, aku bergegas ke taman. Aku duduk di kursi ini. Kursi yang menjadi saksi perasaan kita. Kursi yang kugunakan untuk mengatakan betapa aku mencintaimu.
Aku menunggumu hingga senja datang. Namun batang hidungmu sedikitpun tak tampak.  Aku tetap menunggumu hingga gerimis perlahan turun. Aku masih bertahan menantimu meski aku membenci gerimis. Langit sangat gelap ditutupi mendung. Aku tau hujan deras akan datang setelah gerimis hilang.
Ya, benar saja. Sesaat kemudian gerimis berganti menjadi hujan lebat. Gelap mulai menyelimuti bumi. Namun aku tetap bertahan. Aku tau kau akan datang. Aku sangat memahami karaktermu. Kau bukanlah wanita pengingkar janji.
Semenit, dua menit, tiga menit, setengah jam, sejam, dua jam, waktu berlalu. Namun kau tetap tak datang jua. Hujan lebat telah digantikan oleh gerimis-gerimis kecil. Aku mencoba menghubungimu. Namun nomermu selalu sibuk. Aku melangkah gontai meninggalkan taman. Kau tau? Padahal aku sangat merindukanmu.
Berjalan di tengah gerimis ditemani baju basah membuatku merasa pusing. Aku tak mampu berjalan normal. Hingga aku tak sadar berjalan di tengah jalan dan sebuah mobil menabrakku.
Citttt… bunyi rem yang dipijak mendadak, menggema di udara malam itu. Aku terkulai di aspal. Kepalaku pecah. Darah dari mulut, hidung, kepala, dan beberapa anggota tubuhku berceceran di aspal.
Dari ujung jalan kau lari tergopoh-gopoh. Mobil yang menabrakku kabur begitu saja. Kau menghampiri jasadku yang terkulai. Kau menangis. Tak lama kemudian ambulans yang kau panggil datang dan membawaku ke rumah sakit. Dokter mencoba memasang berbagai alat untuk menyelamatkanku. Aku mencoba memasuki ragaku. Tapi sia-sia. Jiwaku telah berpisah dari ragaku. Kau histeris. Rehan, sahabatku, berdiri di sampingmu dan mencoba menenangkanmu.
“Sabar Metha, ini yang terbaik untuk Drizzy,” ujarnya.
Kau menangis di dadanya. Ingin rasanya aku berteriak melihat hal itu. Aku cemburu. Aku tau Rehan sangat menginginkanmu. Namun selama ada aku disisimu ia tak mungkin mendapatkanmu.
Dan kini kau masih tetap diam di kursi kita. Pipimu telah basah oleh airmata. Mungkin kau teringat akan kejadian setahun lalu itu. Ingin aku menghapus air matamu, namun setiap kali kucoba, tanganku menembus tubuhmu.
Tiba-tiba gerimis turun. Ah, aku membencinya. Sangat membencinya. Dan benar saja, gerimis selalu memberi nuansa buruk. Rehan datang dengan payung di tangannya. Menghampirimu dan mengajak pergi seraya memayungimu.
“Lupakan kejadian itu, sayang. Ada aku disini. Lupakan Drizzy. Dia masa lalu. Please, ingat anak-anak kita.”
Gerimis masih turun. Namun aku hanya bisa terduduk lunglai menatap kepergianmu bersama Rehan, pengemudi mobil yang menabrakku.

Link info lomba: http://www.facebook.com/messages/#!/groups/301946559849517/doc/361573727220133/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar